Dalam 100 Tahun 75 Persen Hutan di Jawa Hilang

06-12-2013 / KOMISI IV

Data sejak tahun 1880, pulau Jawa memiliki luasan hutan 12 juta hektar. Kini, setelah 130 tahun berlalu, hutan di Jawa tinggal 3 juta hektar. Itu berarti setelah 100 tahun, sekitar 75% hutan di Jawa menghilang.

Demikian diungkapkan Anggota Komisi IV DPR RI Siswono Yudohusodo (F-PG), Jumat (6/12). Pulau Jawa telah mengalami kerusakan hutan yang parah. “Dalam menjaga 3 juta hektar yang tersisa, yang terdiri dari hutan alam dan konservasi 1 juta hektar, kemudian hutan lindung dan hutan tanaman industri 2 juta hektar. Ini harus dijaga sebaik-baiknya. Jika tidak, akan hancur, tandas Siswono.

Seperti diketahui, para peneliti melansir hasil temuannya bahwa di dunia terjadi pengurangan luasan hutan seluas 50 kali lapangan bola per menit. Dan fantastisnya, Indonesia menyumbang 2 juta hektar deforestasi (kerusakan hutan) pada 2011-2012. Siswono menjelaskan, kerusakan hutan di Jawa selama bertahun-tahun sangat terlihat mencolok.

“Akibat kerusakan hutan di pulau Jawa yang parah itu, mengakibatkan erosi lahan yang luar biasa. Sungai-sungai di pulau Jawa coklat pekat penuh butiran tanah karena erosi. Selanjutnya di muara terjadi pengendapan, sehingga sungai cepat sekali mendangkal. Akibatnya aliran air sungai terhambat dan banjir di mana-mana. Dan dampak erosi itu mengendap pula di waduk-waduk yang dibangun dengan harga mahal di Indonesia ini, sehingga usia waduk menjadi pendek karena pendangkalan.”

Di Banten, lanjut Siswono, hutannya tinggal 17% dari laus provinsi. Jawa Barat menyisakan 19% dari luas provinsi. Jawa Tengah 23% dari luas provinsi. Sementara di Jawa Timur yang tersisa hutannya tinggal 29% dari luas provinsi. “Idealnya, luasan hutan untuk pulau Jawa harus ada 30%,” jelas Siswono lebih lanjut.

Untuk deforestasi di Sumatera, Kalimantan, dan Papua dalam 30 tahun terakhir, kerusakan yang terjadi justrru lebih parah daripada pulau Jawa. Hanya karena di 3 pulau tersebut luasan hutannya terlihat lebih luas, jadi dampaknya tidak separah di Jawa. Dengan kata lain, kehancuranya tidak terlalu jelas, tersamar oleh areal hutan yang masih luas. (mh)

BERITA TERKAIT
Stok Beras Melimpah tapi Harga Tetap Mahal, Daniel Johan: Sangat Ironi!
15-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Belum lama ini Ombudsman RI yang mengungkap temuan adanya tumpukan beras impor tahun 2024 lalu yang sebagian...
Komisi IV Dorong Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur di PPI Tanjung Limau Bontang
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Jakarta - Komisi IV DPR RI mendorong peningkatan fasilitas dan infrastruktur di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tanjung Limau, Kota...
Maros Strategis sebagai Sentra Produksi Beras Nasional
13-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Maros - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Haryadi menegaskan bahwa Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Maros, memegang peran...
Pupuk Kaltim Diminta Maksimalkan Manfaat untuk Petani Lokal dan Penyuluh
12-08-2025 / KOMISI IV
PARLEMENTARIA, Bontang - Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet, meminta PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk meningkatkan kontribusi langsung bagi...